LGBT MENURUT GUE

21:23

LGBT. Lesbian Gay Bisexual dan Transgender.


Ya pada saat kali gue akan sedikit bercerita, membagikan opini, dari keresahan gue pribadi tentang LGBT. Pasukan pengibar bendera warna-warni yang berharap mendapatkan tempat di Republik ini dengan dalil toleransi.

Perlu digarisbawahi teman-teman sebelum gue berbicara lebih lanjut, LGBT adalah suatu kesalahan yang apapun alasannya tidak bisa dibenarkan, apalagi harus ditoleransi oleh negara yang katanya menjunjung tinggi asas pancasila, dengan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai point yang pertama.

Ya LGBT adalah salah. Bahkan dimata agama paham LGBT ini dapat dengan mudah dipatahkan, setidaknya didalam Al-Qur’an Surah Asy Syura Ayat 165-175, QS An-Naml 54-58, dan Al-Araf 80-84 LGBT dibicarakan. Dan semuanya menarik kesimpulan yang sama, yaitu LGBT tidak dibenarkan. Tapi gue disini tidak akan berbicara dari sudut pandang agama, karena nanti pasti akan ada suara minor yang mengatakan “Alah jik hari gini ngomongin dosa, kalo atas asas dosa lo ga mau nerima dan temenan ama orang lain, ga bakal ada yang mau temenan ama lo, karena beda lo ama Gay itu cuma di doi suka laki, tapi lo suka mastur....”. Omongan ga logis, yang mau ga mau harus kita terima dizaman sekarang ini.

Oleh karena itu teman-teman gue akan mencoba membicarakan LGBT dari sudut pandang yang mungkin bisa diterima oleh teman-teman yang mungkin berbeda dalam memahami Tuhan.

LGBT adalah bentuk penyimpangan sosial. Bukan secara lahiriyah dibawa sejak kita masih didalam kandungan. Perilaku ini didapatkan dari didikan, dan tentu saja pengaruh lingkungan sekitar. Bahkan Dr. Zakir Naik pernah berkata didalam salah satu talkshownya “LGBT di Amerika lahir karena kebosanan para pria dalam melihat wanita. Seperti yang kita tau kebanyakan Pria disana berhubungan Sexual dengan banyak wanita sebelum menikah. Belum lagi para wanita yang senang memamerkan auratnya. Hal-hal inilah yang kemudian membuat titik jenuh diotak manusia dan berlanjut pada pergeseran orientasi untuk merasakan sesuatu yang berbeda, dimulai dari berhubungan dengan hewan dan kemudian dilanjutkan dengan lawan jenis yang sama”.

Perkataan yang sebenarnya dapat dibenarkan. Lalu bagaimana dengan wanita, dan para pria yang lahir jauh dari Amerika?, kenapa mereka bisa merasakan orientasi sex berbeda dari manusia pada umumnya?. Banyak faktor yang membentuk ini semua teman-teman, dan semuanya adalah faktor psikologis. Seperti jika itu terjadi pada wanita, disakiti oleh pria, tidak dianggap pria, atau bahkan merasa tidak akan dicintai oleh pria, sehingga dia mencoba sesuatu yang berbeda. Lalu dengan pria yang lahir jauh dari Amerika, atau sebut saja tinggal didesa?. Orientasi mereka berbeda karena didikan orang tua, ya dibiasakan menjadi feminim sejak kecil, diperlakukan seperti wanita sejak dini, itulah yang membuat orientasi sexual mereka tidak berlaku sebagaimana mestinya.

Kemudian ada 2 hal yang menjadi andalan LGBT ketika berteriak berbicara. Yang pertama adalah sabda dari seorang Dokter yang berkata bahwa “Lesbian Gay Bisexual Transgender” sudah ada sejak didalam kandungan, kromosom telah terbentuk dari sana, ini bukan kita yang minta menjadi “GAY atau Lesbian”, tapi ini sudah suratan Tuhan. Kemudian kata-kata itu akan dipertegas dengan pernyataan “Ya kami tidak bercita-cita untuk menjadi Lesbian atau Gay, tapi Tuhanlah yang menciptakan kami untuk menjadi Gay atau seorang Lesbian, dan Cinta itu soal perasaan bukan soal bentuk badan”.

Teman-teman perlu gue garis bawahi, Dokter yang mengatakan bahwa LGBT adalah kesalahan Gen dan sudah terjadi sejak sebelum lahir sekarang terbukti adalah seorang Gay. Ya jadi Dokter Dean Hamer yang kemudian menjadi Imam dan Harapan bagi kaum LGBT untuk mendapatkan pembenaran hanyalan asumsi bukan penemuan. Ini seperti kita menganalogikan seperti “Mereka yang sering berpakaian hijau, Bonek atau Bocah Nekad dari Pendukung Persebaya yang kemudian mengatakan bahwa Persebayalah klub yang terbaik didunia, atau sekelompok himpunan mahasiswa wota indonesia atau biasa disebut dengan HMWI yang mengatakan bahwa menjadi wota adalah keputusan mahasiswa yang terbaik”. Itu hanyalah opini pribadi yang keabsahannya tidak akan bisa dipertanggungjawabkan teman-teman.

Patah dipoin pertama dan tentu saja patah dimata agama, mereka kemudian mencari pembenaran selanjutnya yaitu “Kita memang berbeda, tapi kalian harus menerima kami karena kita sama-sama manusia kita adalah saudara. Kami tidak menular, jadi tolong terima kami sebagai Gay Lesbian atau Transgender”. Kurang lebih itulah point yang sering mereka katakan. Dengan dalil suka tidak suka kami ada disekitar kalian, jadi mari untuk tidak menutup mata dan terima kami sebagai Gay Lesbian atau Transgender.

Karena jawaban itu kemudian mencoba menelaah lebih lanjut mengenai permasalahan diatas. Pertama tentang point manusia adalah saudara, kita yang berbeda, dan kita yang harus saling menerima. Kita adalah saudara gue sepakat itu. Hal itu juga mungkin didukung oleh QS Al-Hujurat ayat 10 yang mengatakan bahwa sesama muslim adalah saudara. Cuma analoginya seperti ini teman-teman “gue atau anda memiliki sebuah ruangan dimana terdapat AC didalamnya, dan kemudian gue memiliki seorang saudara yang sedang tertidur disana. Tak lama kemudian AC diruangan itu mengalami konsleting listrik dan menyebabkan kebakaran yang mungkin akan sulit untuk dipadamkan. Lalu apa yang akan gue atau teman-teman lakukan?. Kalau gue tentu saja hal yang pertama akan gue lakukan adalah membangunkan saudara gue. Tapi masalahnya adalah saudara gue sangat sulit untuk dibangunkan. Lalu apakah karena dia sulit dibangunkan lalu gue tinggalkan begitu saja?. Tentu saja karena dia adalah saudara gue, dengan segala upaya gue akan membangunkannya, termasuk mungkin dengan menyiraminya air, atau mungkin dengan menamparnya sekeras mungkin agar terbangun dan dapat lari dari kebakaran”. Lalu kemudian teman-teman jika gue rela melakukan itu untuk melindungi saudara gue dari api yang ada didunia, lantas apa yang harus gue lakukan untuk melindungi saudara gue agar terhindar dari api neraka?.

Kemudian mari kita luruskan sekali lagi mengenai kata “Saudara” ini teman-teman. Mari kita menggunakan logika, mana yang “Saudara” ketika kita sakit ada yang berkata “Kau sedang sakit, berobatlah aku yakin kau akan sembuh”, atau “Ah kau tidak sakit, biarkan saja aku akan tetap menjadi saudaramu meski dengan penyakitmu itu”. Atau mana yang lebih teman antara orang yang menyuruh anda ketiak sakit untuk berobat, atau mereka yang menerima anda dan kemudian membiarkan anda disiksa diakhirat. Ya cuma orang Gila yang ketika sakit tidak mau berobat dan malah bangga akan penyakitnya.

Lalu point kedua pernyataan bahwa LGBT tidak menular. Ya gue setuju bahwa LGBT tidak seperti virus yang sekali sentuh akan langsung menular. Tapi gue tetap percaya bahwa LGBT menular. Melalui pergaulan secara tidak langsung paham akan orientasi ini akan menyebar. Mungkin susah untuk kita yang dewasa karena sudah memiliki orientasi yang jelas, dan mampu berpikir secara jelas. Melalui pergaulan pehaman yang dimulai dari pemakluman-pemakluman yang secara tidak langsung akan menerima bahwa LGBT bukanlah hal yang salah akan mulai dirasa. Yang kemudian mungkin akan diimbangi dengan rasa semakin penasaran yang kemudian membuat hal ini dilakukan. Karena sudah ada dibagian otak kita bahwa hal negatif lebih enak untuk dibincangkan dan dilakukan. Itulah mengapa Ibu-Ibu Rumah Tangga lebih senang membicarakan keburukan dibandingkan kebaikan.

Okelah jika itu terjadi kepada manusia dewasa yang mungkin otaknya sudah mampu berpikir secara “bijak”. Yang gue takutkan adalah ketika LGBT dibiarkan ini akan menular kepada adik-adik kecil kita yang masih dibawah umur belasan. Karena annak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa yang diliatnya atau dengan istilah “Imitation Face”. Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat. Itulah kenapa diera tahun 2007-2008 banyak anak dibawah Umur yang meninggal gara-gara melakukan permainan SmackDown yang mereka ilhami dari tayangan SmackDown ditelevisi. Dan itulah kenapa Sensor di Televisi dilakukan. Jujur teman-teman akan lebih mengenakan bagi gue untuk melihat anak-anak kecil melakukan Cinta Monyet dan memanggil Ayah Bunda tetapi beda pasangan, dibandingan mereka bergandengan tangan sembari memanggil Papa Mama untuk lawan jenis yang sama.

Sekarang teman-teman perbandingan Pria dan Wanita sudah 1:8. Jika LGBT tetap dibiarkan maka secara tidak langsung Poligami tidak bisa dihindarkan. Setidaknya untuk melanjutkan keturunan Manusia yang ada didunia, atau meminimalisir istilah “Gadis Tua” yang mungkin akan mendunia. Dan terus terang teman-teman mungkin akan lebih menyakitkan bagi kita untuk ditinggalkan wanita terhadap pria lainnya, dibandingkan melihat wanita kita pergi meninggalkan kita untuk kewanita dambaan hatinya. Dan jika LGBT tetap dibiarkan mungkin selanjutnya menikah dengan binatang atau menikah dengan saudara satu keluarga akan dilegalkan. Karena ya dengan dalil Cinta semua akan mereka kalahkan.

Terakhir dari gue teman-teman. gue sepakat bahwa kekerasan bukanlah solusi untuk LGBT, tapi gue juga sepakat bahwa mengibarkan bendera warna warni sambil berteriak gue Gay, Lesbi, ataupun Banci juga bukan merupakan sebuah solusi.

Terimakasih teman-teman.

You Might Also Like

0 komentar