KAMU

20:51

Halo kamu. Iya kamu si pemilik mata sendu, dan senyum yang selalu membuat rindu. Apa kabarmu?. Bagaimana harimu?. Semoga Masih menyenangkan dan tentu saja tetap indah. Iya seindah paras wajahmu. Ah semoga dirimu cukup menahan muntah, ketika kubuka cerita ini dengan untaian gombalan indah, yang mungkin tak cukup untuk mendeskripsikan kamu.


Tak terasa sudah 5 Semester berlalu ketika pertama kali ku melihatmu. Iya berawal dari masa ospek yang cukup menguras peluh, dan ketika kita masih buta terhadap kehidupan dikampus. Teringat ketika senyum mu tak sengaja tertangkap oleh indera ku. Ya tak ada hal lain dipikirku ketika itu, selain siapakah kamu?. Siapa namamu?. Dari jurusan apa?, dan berasal dari mana?. Teringat di teriknya masa ospek itu, dengan cuaca yang panas, hanya senyummu yang mampu meneduhkan hari dikala itu.

Ah awal kita bertemu, kukhusyukan diriku dengan melakukan tawaf berkeliling untuk selalu setia memandangimu, mencuri pandang, sembari tersenyum-senyum malu melihat tingkah mu sebagai Mahasiswi baru. Sialnya hari itu bukan hanya aku yang mengagumi paras indah mu. Hampir semua temanku, menatap ke arah yang sama sembari bergumam doa, untuk mungkin berharap agar dapat menjabat tanganmu. Ya di hari ospek itu, istilah naik daun cukup pas untuk diberikan kepadamu.

Beruntungnya aku, ketika tak sengaja telingaku menangkap suara dari perbincangan anak jamaahku, ketika mengatakan “Dia anak Kedokteran, namanya Gita”. Ya Gita, nama awal yang kudapatkan ketika mata terus menatap memujamu. Ya hari itu mungkin Tuhan dan Bidadari Surga mungkin sedikit cemburu terhadap kamu, melihat kami menduakan mereka untuk lebih memujamu.

Sayangnya pujaan dariku hanya mampu terbesit dijiwa, tapi tidak untuk lidah. Lidahku terlalu kaku, dan ragaku seakan membeku untuk memberanikan diri berkenalan kepadamu. Ibarat Ratu dan rakyat biasa, aku yang Mahasiswa Biasa tak akan berani untuk berkenalan terhadap Mahasiswi Pujaan semua Mahasiswa. Meskipun Tuhan cukup baik, dengan membiarkan aku mendapatkan LINE mu dari teman-temanku, hari-hari Ospek itu ditutup dengan ketidak beranian lidahku untuk berkenalan kepadamu, meskipun hatiku bertindak kurang ajar dengan mengira bahwa kau adalah Jodohku.

Ah setelah itu hari-hariku berjalan dengan bias indah wajahmu yang selalu setia berada diimajinasi nakalku. Meskipun sering tersirat disetiap doaku. Entah Semesta terlalu sempit atau Tuhan yang terlalu baik, di bulan selanjutnya kita kembali dipertemukan disebuah kantin kampus. Sialnya kau lebih cantik dibanding hari ospek itu, senyummu lebih indah, dan matamu lebih teduh dibanding hari disaat kita pertama kali bertemu. Wajar kata Cinta tersirat untukmu. Ya sebuah Cinta yang kembali tak berani dikeluarkan oleh lidah, karena diriku seakan membeku untuk mengenalkan diri kepadamu.

Tak banyak yang bisa kulakukan setelah kejadian itu, selain lebih mendekatkan diri kepada Illahi, berharap bahwa kamu adalah bagian hati ini. Ya ikhtiar, kata yang entah kenapa teringat dipikiran ketika doa yang kesekian kalinya kupanjatkan. Bola tak mungkin gol kalau tidak diusahakan, dan Cinta tidak akan datang kalau tidak diperjuangkan. Hari itu kuputuskan untuk mengirim pesan atau melakukan chat dengan kontak line, yang sebelumnya kudapatkan. Ya ingatkah kau, hari itu aku yang bingung mengirimkan pesan apa, hanya membuka kata dengan ucapan “Assalamualaikum”. Sebuah pesan yang kemudian tak lama kau balas dengan ucapan “Waalaikumsalam”.

Hari itu, dengan 1 kata yang kau balas, cukup membuatkan hari jenuhku lebih tersamarkan dengan jeritan kebahagiaan yang tak sengaja kuteriakan. Ya dengan prinsip “everyone love a comedian”, aku mulai menjajaki chat kita dengan gombalan dan lawakan-lawakan basi yang kuberanikan untuk kukirimkan. Kita? Sejak kapan ini menjadi kita?. Maaf diriku lancang, maksudku menjajaki chat dengan kamu si cantik anak kedokteran itu. Terlalu banyak berharap diriku dari chat-chat itu, berharap dengan membuat kamu tertawa itu akan meluluhkan hatimu, sehingga membuatmu jatuh cinta terhadap ku. Sialnya seperti kebanyakan Quotes yang berkeliaran, setiap kata “HAHA” atau kata tawa keluar dari chatmu, aku yang malah dibuat jatuh cinta. Iya jatuh cinta karena imajinasi diotak ini terlalu sial ketika mampu menggambarkan muka cantikmu tertawa. Ya sejak chat itu, aku telah makin dibuat jatuh cinta.

Puluhan waktu terlewatkan, dan puluhan chat terbalaskan. Aku yang merasa dekat terhadap dirimu, masih tak berani untuk menyapa ketika bertemu dengan mu. Ya aku terlalu malu untuk sekedar mengucapkan kata “HAI, atau Halo”. Ya pada akhirnya meskipun kita akrab di sosial media, kita masihlah orang yang sama, seperti orang yang tak saling mengenal sebelumnya.

Pada akhirnya dititik itu, aku sadar kita berada didunia yang berbeda. Terutama ketika kau meresmikan hubungan pacaran yang setelah ku ketahui, seorang Kapten Basket Kedokteran, dengan Mobil Lamborgini mewah. Ya didunia ini emang semuanya tercipta untuk adil. Mahasiswa biasa yang mengandalkan potensi, harus rela untuk melipir, dan hilang dari peredaran, ketika mendapatkan saingan yang jauh lebih tampan dan mapan.

Kuingat saat itu adalah Semester 3, dan aku memutuskan untuk mengurangi mengirim pesan terhadapmu. Dan cukup mengagumimu dengan imajasi liarku, dan mengharapkanmu dengan semua harap dan doaku. Berharap mukjizat Tuhan itu memang benar adanya.

Lelah ku berharap, capek ku membayangkan. Di Semester 5 ini sudah saatnya aku kembali keduniaku, meninggalkan mu diimajinasi terdalamku. Dan mengunci rapat hatiku yang telah kuusahakan lagi untuk tak ada lagi namamu. Ya tak ada ruginya sih untukmu, karena ini hanyalah tulisan dari penggemar rahasiamu. Penggemar yang dulu selalu setia untuk memujamu, mendoakanmu, dan berharap hadirnya dirimu. Ya yang selalu setiap berdoa untuk mendapatkan untaian kalimat “Bi ayo sholat subuh”, ketika nanti kita sudah sah. Ah sudahlah, ini adalah saatnya aku untuk menatap dunia. Aku adalah lelaki, yang seharusnya memilih bukan dipilih. Dan mungkin jika kau sadar akan keberadaanku, janganlah tunggu Cintaku karena disini sudah tak tertera namamu. Tapi tunggulah Buku atau Karyaku, karena Namamu sedah tertera abadi disitu.

You Might Also Like

0 komentar