Mencintai atau Dicintai?

05:38







Bang milih Mencintai atau Dicintai, tolong jawab dengan serius? Pertanyaan yang diutarakan oleh seorang anonim, ketika gue ngebuka ask.fm. Dan kebetulan sebenernya gue pengen ngebahas hal ini dari lama. Oke karena waktunya pas, dan lo minta jawaban dengan serius, gue bakal menelaah dan memaparkan jawaban gue lewat opini basi, yang gue haturkan lewat tulisan blog ini *halah.

Dulu waktu awal gue masih belum tau asam, pahit, dan belum terlalu mengenal apa itu kehidupan, jujur gue lebih milih dicintai. Jawaban yang ga naif, jujur, dan logis.

Ya siapa sih yang ga mau dicintai?.

Dengan dicintai berarti gue disayangi, disukai, dan dianggap layak dan diperhitungkan oleh seseorang untuk melengkapi bagian hatinya. Dengan dicintai juga berarti gue dianggap memiliki sesuatu yang lebih, yang membuat seseorang jatuh hati ke gue. Dengan dicintai gue juga tau bakal ada seorang pejuang yang akan berjuang, dan rela berkorban untuk mendapatkan hati gue, meskipun belum tau bakal terbuang atau akan mendapatkan gelar “SAYANG”.

Dengan dicintai gue berhak datang dan pergi ke hati seseorang, dengan ataupun tanpa ninggalin jejak. Dengan dicintai juga, gue berhak nyoba gaya anak kekinian yang disebut dengan memberi harapan, atau menggantungkan harapan. Dan gue berhak untuk memilih, ikut memberikan feedback cinta seperti dia yang berikan, atau menolak dan membuang perasaan yang doi haturkan.

Ya banyak hal yang bakal gue dapetin dari dicintai, atau dengan kasar dan frontal dengan dicintai “GUE BEBAS MAKE HATI LO”, ya gue berhak make hati lo tanpa bayar dan tanpa pake hati yang gue punya. KELAR.

Cuma ya itu dulu ketika gue belum berumur 20th, ketika gue belum terlalu banyak belajar dan mengenal lebih jauh mengenai apa itu cinta yang katanya indah dan telah melahirkan banyak pujangga, serta membutakan banyak manusia *halah.

Intinya sekarang pemikiran mengenai cinta itu jauh berubah. Bukan takut akan karma, ataupun terlalu jenuh karena dicintai banyak wanita. Gue yang mulai beranjak dewasa mulai kembali menelaah pola pikir gue mengenai cinta yang sebelumnya sudah ada.

Apakah cinta gue senajis itu?

Apakah gue seganteng itu buat bebas make hati orang?

Apakah hati orang secanggih itu untuk bisa terus dicoba tanpa ada rasa sakit yang tersisa?

Apakah.. Apakah...

Banyak apakah-apakah.. yang kemudian muncul ketika gue memilih pilihan “GUE LEBIH MILIH DICINTAI”, ya meskipun salah satunya “Apakah gue bakal dicintai”.

Ibarat seorang pengembara yang sedang nyari jati diri, perjalanan gue dalam memilih Dicintai atau Mencintai memuncak disatu titik. Ya itu disaat gue mencoba pacaran dengan seseorang yang mencintai gue.

Ya dengan posisi dicintai dan gue yang belom mencintai, gue mencoba untuk merajut kasih asmara. Berharap siapa tau diproses perajutan itu, gue bakal mulai memberi timbal balik dengan rasa cinta yang kemudian tulus gue berikan.

Di usia yang hampir 2 bulan. Gue inget, ketika itu gue udah bener-bener nyerah untuk nyoba numbuhin rasa cinta. Gambling yang gue lakuin gagal total. Perasaan yang pengen gue tumbuhin ga kunjung tumbuh. Yang ada gue malah semakin jadi orang laen, dan semakin palsu dengan hubungan pacaran yang kata orang dilandasin sama Cinta. Karena dihubungan itu gue ga ngalamin sama sekali perasaan CINTA.

Sebenernya salah gue, karena dari awal gue cuma coba-coba dan memang ga ada rasa cinta. Dan pada akhirnya, karena gue ga mau lagi ngejalanin kejenuhan menjadi orang laen, dan semakin jahat dengan ngasih cinta palsu, akhirnya kita putus. Di usia hubungan 1 Bulan 12 Hari. Dan ya “GUE EMANG JAHAT”.

Makanya semenjak kejadian itu pola pikir gue berubah. Dengan kejadian kongkrit yang telah gue alami, gue mulai menyusun kembali pola pikir yang ada di kepala gue. Ya tentang pertanyaan Dicintai atau Mencintai.

Kejadian 1 bulan 12 Hari yang gue alamin, adalah tamparan telak buat gue. Tamparan kalo gue emang cowok jahat yang sebenernya ga layak di Cintai. Gue cuma segumpal cowok sok ganteng, yang emang sok-sokan maenin orang. Udah.

Semenjak itu juga gue lebih milih untuk Mencintai dari pada Dicintai. Alesannya sederhana, gue ga mau lagi ngecewain orang.

Gue takut untuk dicintai sama orang. Gue takut keblangsakan gue yang nyoba pacaran dengan perasaan kosong keulang lagi. Ya meskipun pertanyaannya “Emang bakal ada lagi cewek yang cinta ama gue”.

Temen gue dulu pernah bilang “kenapa lo ga tolak aja kalo ada cewek yang cinta sama lo?”. Mungkin itu pertanyaan yang sama ketika banyak orang denger cerita gue. Jawaban gue cuma satu “SETAMPAN ATAU SEMAPAN APA SIH GUE? SAMPE BISA NOLAK CEWEK”. Gue juga percaya, butuh pengorbanan yang besar buat seorang cewek untuk frontal ngomong kalo doi suka sama kita (Eh kok kita, sejak kapan ini jadi kita, maksudnya GUE). Karena emang bukan kodrat cewek buat frontal tentang perasaan.

Oleh karena itulah, untuk memuliakan ciptaan Tuhan paling indah, yang biasa disebut wanita inilah akhirnya gue lebih memilih mencintai. Karena ketika gue telaah lebih lanjut juga sebenernya Cowok adalah Inisiator dalam sebuah hubungan. Sudah menjadi kodrat ketika manusia jatuh cinta, Cowok atau Pria harus yang memulai duluan.

Terlepas dari emansipasi wanita ataupun perbandingan Pria dan Wanita yang telah menginjakan angka diperbandingan 1:8, sudah menjadi kodratnya untuk Pria yang mencintai. Ga etis bagi perempuan yang indah apalagi bermata sendu, serta senyum yang bisa membuahkan rindu berkata “HEI AKU CINTA KEPADAMU, DAN APAKAH KAMU CINTA KEPADAKU?”

Mencintai bagi gue juga berkorelasi dengan memperjuangkan. Pria bagi gue telah diciptakan dengan otot dan tulang-tulang yang kuat sebagai seorang Pejuang. Dan memang tugas seorang Pejuang yang kemudian untuk berjuang. Ya meskipun ada kemungkinan untuk terbuang, para Pria telah diberikan porsi fisik dan mental yang cukup untuk menghadapi hal itu.

Oleh karena itu pada akhirnya yaudah biarkan gue yang mencintai dan lo yang dicintai. Biarkan gue yang memperjuangkan dan lo yang diperjuangkan. Kontur muka dan fisik gue memang udah diciptain agar terlatih untuk disakiti. Karena seperti lagu SID “TERLATIH PATAH HATI”, ya gue memang udah siap untuk patah hati dengan mencintai, dibandingkan harus membuat patah hati dengan dicintai. Ya meskipun sebenernya bakal lebih baik kalo ketika gue mencintai, akan ada imbuhan balik yaitu dicintai.



AAMIN.

You Might Also Like

1 komentar