Dari Kantong Ayah, Untuk Semuanya.

23:36

Indonesia, negara dengan seribu budaya dan keberaneka ragamannya. Negara kaya dengan semua sumber dayanya. Sumber daya yang bersifat benda, ataupun budaya. Semuanya adil tumbuh tercipta di negara yang dinamakan Indonesia. Tak cukup rasanya lidah bertutur, dan tangan menuliskan kata jika kita berbicara tentang Indonesia. Ya dengan semua kebarenaka ragamannya, negara ini memang terlalu sempurna.

Terlalu umum dengan sumber dayanya, mari kita spesifikan lagi tentang budayanya. Masih terlalu umum dengan budaya, mari kita kerucutkan lagi dengan budaya daerahnya. Jika masih terlalu banyak, mari kita kerucutkan lagi dengan keluarganyanya. Ya dari sebuah keluarga semua tercipta.

Mari kita mulai semua ini dengan sebuah deskripsi yang mungkin bisa dinamakan cerita. Keluarga merupakan langkah awal dari sebuah proses perjalanan. Ya perjalanan dari semuanya. Keluarga yang meliputi Ayah, Ibu, dan bahkan Anak. Dari sebuah keluarga semua ditempah. Keluarga yang meliputi manusia sebagai objek didalamnya merupakan landasan paling dasar jika kita ingin berbicara tentang Indonesia dan semua pengelolaannya.

Dari sebuah keluarga, sebuah perjalanan dimulai. Sebuah proses digambarkan, dan hasil akhir ditentukan. Itulah yang dilakukan sebuah keluarga ketika sang Anak akan beranjak menuju kedewasaan. Dengan kasih Ibu yang tulus, hingga perlindungan dari Ayah yang selalu setia untuk menjaga ketika anak tumbuh. Serta tak lupa semua harap dan mimpi yang juga diberikan dan ditanggungkan kepada sang anak, ketika anak mulai menginjakan kaki diumur dimana dia dapat berpikir.

Terlalu samar jika semua proses itu digambarkan dengan kasih atau perlindungan. Mari kita kongkritkan semua. Bagaimana proses pertumbuhan bisa terjadi?. Bagaimana sang anak mendapatkan pola pikir yang seharusnya?. Bagaimana sang anak dapat berjalan untuk menanggung semua harapan?.

Ya jika kita kembali kedasar, tentu saja semua berawal dari dana, yang kebanyakan berasal dari kantong Ayah. Ya dari kantong Ayah semua proses terjadi. Dari kantong Ayah sebuah pendidikan yang layak dapat ditempuh. Dari kantong ayah konsumsi yang meliputi gizi dapat diperoleh.

Dari keringat Ayah, bermediumkan dana yang berasal dari kantong pribadinya semua proses dimulai. Dari pendidikan anak-anak hingga pendidikan difase dewasa. Lantas dimanakah fase itu berhenti?. Di fase dewasakah?. Tentu saja tidak, sudah menjadi garisan takdir dari Ayah untuk mendanai dan memfasilitasi anak hingga fase cukup. Cukup sini didefinisikan ketika sang Ayah sudah tak mampu menghasilkan dana lagi. Atau ketika sang Anak sudah mampu menciptakan dana sendiri. Ya dana yang mampu menafkahi diri pribadi.

Setidakadilkah itu hidup?. Dengan membiarkan Ayah terus bekerja dan tidak mendapatkan apa-apa?. Tentu saja tidak, bagaikan bumi yang berotasi, dana yang diberikan oleh Ayah tentu saja akan menjadi investasi dimasa yang akan datang. Semakin banyak dana itu dikeluarkan untuk pendidikan yang layak, maka semakin tinggi dan semakin terang jugalah masa depan dari sang anak. Lantas jika anak memiliki apa masa depan yang baik, apa yang akan diperoleh oleh sang Ayah?. Secara tidak langsung, dengan masa depan yang lebih baik, hal itu akan berdampak kepada masa tua sang Ayah. Terlepas dari harkat martabat keluarga yang akan lebih tinggi, tentu saja kehidupan renta akan masa tua pasti akan terjadi akan sedikit terobati dengan masa depan cerah yang dimiliki oleh sang anak.

Lalu jika sang anak sudah mampu menafkahi diri nya sendiri dibangku kuliah, akankah dukungan keuangan dari Ayah masih perlu?. Tentu saja masih perlu, tidak ada kata cukup selagi Ayah masih mampu menghasilkan dana, atau karena ini kontesknya di Indonesia, berarti Rupiah. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah dengan adanya dukungan dari orang tua, berarti secara gamblang dan kasar dapat dikatakan itu adalah investasi mereka untuk masa tua. Kita sebagai Mahasiswa sudah seharusnya sadar akan itu, kata Mahasiswa bukan berarti untuk kita, tapi untuk mereka, orang tua kita.

You Might Also Like

0 komentar