Buk, Selamat Hari Ibuk!

00:29


Ga ada hal yang paling menenangkan bagi anak rantau, selain tau bahwa kabar keluarga dirumah baik-baik aja.

Hari ini, sudah hampir 4 tahun gue merantau jadi mahasiswa di Jogja.
Sudah hampir 4 tahun gue lebih banyak berinteraksi sama Ayah, Ibu, dan Adek hanya menggunakan whatsapp dan telepon.

Awal kuliah.
Ibuk sempet operasi, tanpa ngomong sama gue.
Semua dirahasiain, sampe Ibuk selesai operasi.
Ibuk yang ngomong dengan nada bergetar di ujung telfon "Ojik yang penting sehat, kuliahnya yang bener, doain ibuk disana", berhasil bener-bener ngebuat gue sedih sesedihnya.
Banjir air mata, karena jauh dari rumah dan doa yang ga pernah putus, cuma bisa gue kasih waktu itu.
Sujud yang lebih lama, dengan rapalan doa kepada yang maha Esa berharap Ibuk diberikan kesehatan selalu gue utarakan.

Dada bener-bener sesak ngeliat fakta bahwa gue jauh dari Ibuk dirumah.
Sampe sempet ada rasa sesal "kenapa aku di Jogja" muncul dikepala, karena ga bisa dampingin Ibuk disana.

Pertengahan kuliah.
Giliran gue pulang kerumah, karena sakit keras di Jogja.
Awalnya keluarga dirumah ga gue kasih tau tentang sakit yang gue alami.
Bahkan jangankan keluarga dirumah, temen-temen di Jogja pun ga tau kalo gue lagi sakit.

Bangun Pagi ngurus kartu kesehatan sendiri.
Bangun Pagi ngurus obat-obatan sendiri.
Sampe, entah di Pagi ke berapa gue dah siap nulis surat wasiat karena dah takut sama sakit gue ini.
Dan di malem harinya gue digotong kerumah sakit buat dirawat.

Karena emang keras kepala, gue ga mau dirawat.
Pagi harinya gue nelfon Ibuk, dan nyeritain semuanya.

Dan.
Ya Ibuk nangis.
Gue disuruh pulang kerumah, untuk dirawat dirumah.
Ah hidup memang se Drama itu.

Ah entahlah.
Padahal jadi aktor juga belum kesampean.
Tapi hidup selama kuliah ini sudah penuh drama.

Gue yang nangisin Ibuk.
Ibuk yang nangisin gue.

Gue yang ngekhawatirin Ibuk.
Ibuk yang ngekhawatirin gue.

Ah.
Buk.
Maaflah anakmu ini belum benar-benar sepenuhnya bisa membahagiakanmu.
Setidaknya selayaknya apa yang aku bayangkan untuk membahagiakanmu.

Makasih untuk semua keringat dan doa yang aku tau ga pernah berhenti diucapkan.
Terimakasih atas semua waktu yang diberikan untuk mendengarkan semua cerita anakmu ini.

4 tahun merantau.
Ojik belum bisa kasih yang selayaknya harus Ojik kasih ke Ibuk.

Maaf buk.
Ojik masih jadi pecundang.
Belum jadi pemenang.

Tapi.
Sebentar lagi anakmu ini sarjana.
S.Ikom lagi gelarnya.
Gelar dari kuliah yang mungkin selama ini Ibuk masih bingung dan lupa nyebutnya.
"Telekomunikasi?. Komunikasi?. Sistem komunikasi?".
Ah buk, biarlah anakmu ini sudah hampir menyelesaikan kuliah dengan tanggung jawab dan harapan yang Ibuk dan Ayah gantungkan, serta Adek harapkan.

Ibuk tunggulah dirumah.
Tunggulah kabar bahwa OJIK SIAP MEMAKAI TOGA.
DENGAN SEMATAN NAMA SEORANG SARJANA!
DAN AKAN OJIK PASTIKAN IBUK AKAN JADI IBUK PALING BAHAGIA DI DUNIA.

SELAMAT HARI IBUK.
DARI OJIK ANAKMU YANG HAMPIR JADI SARJANA.

You Might Also Like

0 komentar